a. Sejarah Nama Pucang
Nama pucang adalah di ambil dari nama sebuah pohon
sejenis pohon jambe atau pinang yang menjulang tinggi dan konon ceritanya bahwa
dahulu di daerah ini banyak di tumbuhi pohon pucang atau pinang atau jambe,
sehingga nama di daerah ini mengambil dari nama pepohonan tersebut yaitu
“Pucang” dengan nama itu di harapkan akan menjadi daerah atau kawasan yang
terkenal dengan cita-cita yang tinggi, atau nama Desa Pucang juga bisa di ambil
dari istilah jawa yang sesuai dengan kehidupan pekerjaan desa Pucang yang
notabene sebagai pembuat atau Perajin kerajinan baik dari tanduk, kayu maupun
tempurung yaitu:
Pu = Pupu = Kaki
Cang = Kencang (cancang) = Ikat
Jadi Pucang “pupune di Cancang” atau kakinya di ikat.
b. Tingkat Perkembangan Desa
Jumlah Penduduk Desa Pucang pada tahun 2021 memiliki 1.019 Kepala Keluarga ( KK ) dengan
jumlah penduduk 3.283 jiwa yang terdiri
dari 1.680 Laki-laki dan 1.603 perempuan. Rata-rata setiap keluarga terdiri
dari lima anggota keluarga dengan komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. JUMLAH PENDUDUK
Kelompok Umur(Th) |
Tahun 2020 |
Tahun 2021 |
Satuan |
0-4 |
216 |
221 |
Orang |
5-9 |
198 |
276 |
Orang |
10-14 |
263 |
263 |
Orang |
15-19 |
270 |
235 |
Orang |
20-24 |
276 |
250 |
Orang |
25-29 |
270 |
260 |
Orang |
30-34 |
184 |
222 |
Orang |
35-39 |
167 |
240 |
Orang |
40-44 |
130 |
244 |
Orang |
45-49 |
132 |
233 |
Orang |
50-54 |
123 |
222 |
Orang |
55-59 |
129 |
195 |
Orang |
60-64 |
105 |
150 |
Orang |
65-69 |
89 |
108 |
Orang |
70-74 |
95 |
66 |
Orang |
75+ |
70 |
105 |
Orang |
Jumlah |
2.716 |
3.283 |
|
Dari tabel diatas dapat diamati bahwa golongan usia
produktif atau usia 19 – 56 Tahun berjumlah 1.873 Jiwa dan golongan usia tidak produktif adalah 1.417
jiwa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tenaga kerja yang tersedia di Desa pucang
bisa mengisi peluang kerja, sementara itu lapangan kerja yang tersedia sebagian
besar adalah dibidang kerajinan yaitu kerajinan tanduk , kerajinan kayu dan
kerajinan tempurung dan pemasarannya. Banyak penduduk yang tidak memiliki
permodalan sehingga menjadi buruh kerajinan, sedang kan yang memiliki modal
kecil hanya dapat memasarkan di sekitar Jawa Tengah dan DIY, dengan kata lain
pemasaran hasil kerajinan masih sangat luas.